16 Agustus 2020

Gus AB. Syafiq: “Mencoba melihat dan menilai diri sendiri melalui cermin pemaparan ulama' salaf.

 


Di era modern saat ini, mudah sekali bagi kita untuk menemukan sisi keburukan orang lain dengan cara menghakimi, menghujat, dan menyebar-luaskan berita yang belum tentu benar, hal ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam, para ulama salafusshalih memberikan nasihat kepada kita agar supaya belajar melihat dan menilai diri sendiri sehingga tidak mudah menyalahkan, bahkan mencela orang lain dari sisi keburukannya,  Sebenarnya seperti apakah karakter kita?, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah memerikan nasihat didalam kitabnya: Madarijus Salikin Hal. 404 Juz 1

 

مدارج السالكين جزء ١ ص ٤٠٤

ومن الناس من طبعه طبع خنزير يمر بالطيبات فلا يلوي عليها فإذا قام الإنسان عن رجيعه قمه وهكذا كثير من الناس يسمع منك ويرى من المحاسن أضعاف أضعاف المساوئ فلا يحفظها ولا ينقلها ولا تناسبه، فإذا رأى سقطة أو كلمة عوراء وجد بغيته وما يناسبها فجعلها فاكهته ونقله.

 

Manusia itu adakalanya berkarakter seperti karakternya hewan berupa Babi. Babi itu sukanya yang kotor-kotor, sekalipun disekelilingnya terdapat sesuatu yg bersih, higienis, lezat dan nikmat, akan tetapi babi tidak mau mendekati dan pergi begitu saja. Namun jika menemukan kotoran, ia langsung mendatanginya dan melahap habis. Begitu juga manusia, meskipun si Fulan banyak melakukan kebaikan, bahkan kebaikannya tersebut berkali-kali lipat jika dibandingkan dg kesalahnnya, mereka tidak peduli, mereka juga tak mengakuinya dan tidak pernah mengapresiasi. Namun jika mereka menemukan satu saja kesalahan yg dilakukan si Fulan, mereka seakan-akan menemukan apa yg selama ini mereka cari. Kesalahan si Fulan seakan makanan lezat yg harus diolah sedemikan rupa, sebelum kemudian disebar kemana-mana.

Walohu ‘alam

(Penulis: Gus AB. Syafiq/Editor: Bad’ul-Alazharmedia)

1 komentar: