(فصل):
في الربا بألف مقصورة لغة الزيادة وشرعاً مقابلة عوض بآخر مجهول التماثل في معيار
الشرع حالة العقد، أو مع تأخير في العوضين، أو أحدهما
1.
Ta’rif-nya
riba
Murod:
(Fasal) Menjelaskan riba. Lafadz “riba” dengan menggunakan alif maqshurah. (Titik) riba secara bahasa bermakna tambahan. Dan secara syara’ adalah menukar (‘iwadl) sesuatu dengan sesuatu yang lain yang tidak diketahui kesetaraannya di dalam ukuran syar’i ketika akad, atau dengan menunda penyerahan kedua barang yang ditukar atau ( salah satunya.
Muskliat:
Pengertian Riba sebagaimana di ungkapkan dalam kitab matan Fath
Qorib ketika di fahami menemukan berbagai permasalahan sehingga sulit untuk di
fahami dan menimbulkan persepsi dan pandangan yang berbeda ketika dihadapkan
dengan tasowur masalah (gambaran masalah) dalam praktik yang ada. Maka
perlu kiranya dalam hal ini untuk memperjelas ta’rif-nya riba, berikut di kutip
dari :
Kitab Taqrirat sadidah Juz 2 Hal. 21-22 (Baca selanjutnya). Membahas
Dowabit (batas-batasan syarat sah-nya akad riba) supaya dapat memahami
ruanglingkup tasowur masalah dengan ta’rif yang sudah di jelaskan dalam syarah
ta’rif akad riba di Kitab Taqrirat sadidah Juz 2 Hal. 22-23.
Tidak cukup sampai memahami ta’rif-nya Riba secara rinci untuk
dapat memahami secara meluas, maka dari itu para ulama memberikan aqsamu
riba (kategori riba), dalam Kitab Taqrirat sadidah Juz 2 Hal. 23
(Karangan, syekh Hasan Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Kaff) menguraikan ketegori
riba yang berjumlah 3, hal tersebut sejalan dengan ungkapan Syekh Abu
Yahya Zakariya al-Anshory, dalam Fath Wahab Syarah Minhaj at-Tullab Juz 1 Hal
161. Adapun 3 kategori tersebut adalah: 1. Riba Fadl, 2. Riba al-Yadi,
3. Riba al-Nasa’. Dalam uraian lainnya kedua kitab tersebut juga sedikit
membahas kategori riba al-Qordi (Riba dalam kasus pinjaman) akan tetapi tidak
termuat secara ‘adad, hal ini sejalan dengan ungkapan Syekh Ibrahim al-Bajuri
dalam Kitabnya Hasyiyah al-Bajuri Bab Riba, Juz 1 Hal 343, yang mengungkapkan
bahwa riba ada 4 kategori, termasuk yang terakhir adalah riba al-Qordi (Riba
dalam kasus pinjaman Jarra Naf’an Lil
Muqrid) hal ini mengecualikan dalam akad Rohn (Gadai) yang mana Syekh
Ibrahim al-Bajuri mengatakan bahwa hal ini (Jarra Naf’an Lil Muqrid)
boleh dilakukan dalam akad Rohn (Gadai) mengecualikan ketika diberikan syarat (Jarra
Naf’an Lil Muqrid) didalam satu akad
Rohn. (Lihat Hasyiyah al-Bajuri Bab Riba, Juz 1 Hal 343)
Berikut adalah sedikit uraian terkait sulitnya memahami ta’rif riba didalam kitab Fath Qorib, sehingga dengan memahami berbagai rumusan kita dapat menganalisis berbagai tasowur masalah yang ada dengan baik.
Berikutnya:
(والربا)
حرام وإنما يكون (في الذهب والفضة و) في (المطعومات) وهي ما يقصد غالباً للطعم
اقتياتاً أو تفكهاً أو تداوياً ولا يجري الربا في غير ذلك
Murod:
Akad riba hukumnya haram. Akad riba hanya terjadi pada emas, perak dan makanan. yang di maksud dengan makanan adalah benda-benda yang biasanya (غالباً ) ditujukan untuk makanan guna penguat badan (makanan pokok), buah-buahan, atau obat-obatan. Dan riba tidak terjadi pada selain barang-barang tersebut.
Berikutnya:
(ولا يجوز بيع الذهب
بالذهب ولا الفضة كذلك) أي بالفضة مضروبين كانا أو غير مضروبين (إلا متماثلاً) أي
مثلا بمثل فلا يصح بيع شيء من ذلك متفاضلاً وقوله (نقداً) أي حالاً يداً بيد، فلو
بيع شيء من ذلك مؤجلاً لم يصح
(ولا) يصح (بيع ما
ابتاعه) الشخص (حتى يقبضه) سواء باعه للبائع أو لغيره (ولا) يجوز (بيع اللحم
بالحيوان) سواء كان من جنسه كبيع لحم شاة بشاة أو من غير جنسه، لكن من مأكول كبيع
لحم بقرة
“Sebelum masuk kepada pemahaman murod, perlu
kiranya memberikan batasan terhadap pemahaman bahwa matan Fath qorib ini
membahasa: Syarat
Bolehnya Jual Beli Benda Riba”
Murod:
Tidak boleh menjual emas dengan emas, dan menjual
perak begitu juga dengan perak, keduanya sudah dicetak ataupun belum, kecuali ukurannya sama. Maka
tidak sah menjual sesuatu dari barang tersebut dengan ukuran yang berbeda.
Ungkapan mushannif “naqdan”
maksudnya adalah serah terima secara langsung. Sehingga, kalau sesuatu dari barang tersebut dijual dengan cara tempo,
maka hukumnya tidak sah.
Tidak sah menjual barang yang
telah dibeli oleh seseorang kecuali ia telah
menerimanya, baik ia jual
lagi kepada penjual barang tersebut atau pada yang lainnya. Tidak boleh menjual
daging yang dibeli dengan binatang. Baik daging dari jenis binatang tersebut seperti
menjual daging kambing dibeli dengan kambing, atau dari selain jenis binatang
tersebut akan tetapi masih dari dagingnya binatang yang halal dimakan seperti
menjual daging sapi dibeli dengan satu ekor kambing.
2.
Pemahaman pada (حتى يقبضه) سواء باعه للبائع أو لغيره, jika pemahaman matan di potong dan memulai pembahasan
dari lafadz tersebut seolah-olah membangun pemahaman seperti jual beli
makelar/dropship, sebenarnya jika di sambung dengan pemahaman sebelumnya maka
akan berbeda sebagaimana teks asalnya, “perlu kiranya menela’ah terlebih
dahulu.
Berikutnya:
بشاة (ويجوز
بيع الذهب بالفضة متفاضلاً) لكن (نقداً) أي حالاً مقبوضاً
قبل التفرق (وكذلك
المطعومات لا يجوز بيع الجنس منها بمثله إلا متماثلاً نقداً) أي حالاً مقبوضاً قبل
التفرق
“Sebelum masuk kepada pemahaman murod, perlu
kiranya memberikan batasan terhadap pemahaman bahwa matan Fath qorib ini
membahasa: Syarat
Bolehnya Jual Beli Emas dan Perak”
Murod:
Diperbolehkan menjual emas dibeli dengan perak dengan
ukuran berbeda, akan tetapi harus kontan, maksudnya seketika
diterima sebelum berpisah.
3.
Muskilat
pada متفاضلاً, (pemahaman teks
matan ketika di fahami terlebih dahulu, bahwa yang di kehendaki dari kebolehan
jual beli emas dan perak dengan ukuran berbeda, itu boleh (tidak harus sama),
akan tetapi dengan catatan penting: kontan,
maksudnya seketika diterima sebelum berpisah. Hal ini sejalan dengan ungkapan syekh Ibrahim
al-Bajuri dalam kitab al-Bajuri Juz 1 Hal 346, beliau mengungkapkan bahwa متفاضلاً, yang di fahami
adalah dengan menambah ukuran salah satu dari 2 barang (emas/perak), maka dari
itu akhir ungkapan beliau أي حالاً
مقبوضاً قبل التفرق maka dari hal ini boleh (walaupun emas dan
perak memiliki ukuran yang berbeda) 2 syaratnya yaitu : حالاً مقبوضاً (lihat syekh
Ibrahim al-Bajuri dalam kitab al-Bajuri Juz 1 Hal 346)
Berikutnya:
(وكذلك المطعومات لا
يجوز بيع الجنس منها بمثله إلا متماثلاً نقداً) أي حالاً مقبوضاً قبل التفرق
(ويجوز بيع الجنس
منها بغيره متفاضلاً) لكن (نقداً) أي حالاً مقبوضاً قبل التفرق، فلو تفرق
المتبايعان قبل قبض كله بطل، أو بعد قبض بعضه ففيه قولاً تفريق الصفقة (ولا يجوز
بيع الغرر) كبيع عبد من عبيده أو طير في الهواء
Murod:
Dan boleh menjual
satu jenis makanan dibeli dengan jenis makanan yang lain dengan ukuran
berbeda, akan tetapi harus
kontan, maksudnya diterima seketika sebelum berpisah. Sehingga, jika kedua orang yang
melakukan transaksi berpisah sebelum menerima semua barangnya, maka hukum akadnya batal (barang satu jenis-transaksi tidak kontan)
Atau setelah menerima sebagiannya saja, maka dalam permasalahan ini terdapat
dua pendapat tentang tafriqus shufqah (memisah akad). Tidak boleh melakukan transaksi
yang mengandung unsur tidak jelas/penipuan, seperti menjual salah satu budak
dari budak-budaknya-tanpa ditentukan yang mana., atau menjual burung yang
sedang terbang di udara.
والله أعلم بالصواب
Refrensi:
- Matan Fath Qorib
- Taqrirat sadidah Juz 2 Hal. 21
- Taqrirat sadidah Juz 2 Hal. 22-23
- Fath Wahab Syarah Minhaj at-Tullab Juz 1 Hal 161.
- Hasyiyah al-Bajuri Bab Riba, Juz 1 Hal 343
(Penulis: Bad’ul Hilmi AR/Ketua Lajnah Bahtsul Masail PP.Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar