25 Oktober 2020

ISLAM NUSANTARA DAN DAKWAH WALISONGO

 

Oleh : Bad’ul Hilmi AR

Fakta sejarah tentang keberadaan Walisongo ini patut dicamkan oleh segelintir kelompok yang mengira bahwa agama Islam baru masuk ke wilayah Nusantara pada tahun 1803 M yang ditandai dengan penyebaran dakwah Islam yang dilakukan oleh tiga orang Haji asal Sumatera Barat, diantaranya: Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang pembawa ajaran Wahabi. Sebab dengan mengingkari keberadaan Walisongo dari ranah Sejarah penyebaran Islam di Nusantara tidak saja menolak kebenaran faktul tentang Dakwah Islam Nusantara yang sampai saat ini masih dianut oleh sebagian  besar masyarakat Muslim di Nusantara, selain mengingkari adanya Dakwah Islam yang dilakukan oleh Walisongo, hal ini juga dapat menghapus sejarah sosio-kultural religius yang terjadi pada masa akhir kerajaan Majapahit abad ke-15 yang melahirkan peradaban baru yang disebut peradaban dan budaya Islam Nusantara.

 

Menurut Sejarawan, M.C Ricklefs dalam “Sejarah Indonesia Modern 1200-2008”, mengatakan bahwa, “Islam sudah ada di negara bahari Asia Tenggara sejak awal zaman Islam, adanya bukti yang menunjukan bahwa, Islam sudah ada sejak awal zaman Islam berdasar pada berita dari Dinasti Tang tentang kehadiran saudagar-saudagar Tazhi (arab) ke Kalingga pada tahun 674 M.

Menurut Wheatly dalam The Golden Khersonese, “Jalur perhubungan perdagangan Arab dengan Nusantara jauh terbangun sebelum Islam. Namun, sampai berabad-abad kemudian sejarah mencatat bahwa Islam di Nusantara lebih banyak di anut oleh penduduk asing asal China, Arab dan Persia.

Menurut catatan Marcopolo pada tahun akhir abad ke-13 M menulis bahwa saat kapal yang ditumpanginya singgah di Negri Perlak ia melihat penduduk Perlak terbagi atas tiga golongan Masyarakat, diantaranya: Muslim China, muslim Persia dan Arab serta penduduk pribumi (Nusantara) yang masih memuja roh-roh.

Dalam catatan sejarah Laksamana Cheng Ho, juru tulis Cheng Ho mencatat: “Ajaran Islam belum dianut oleh kalangan pribumi, menurut catatan Ma Huan (Juru tulis laksamana Cheng Ho) yang ikut serta dalam kunjungan Cheng Ho ke-tujuh pada tahun 1433 M mencatat bahwa “penduduk yang tinggal disepanjang pantai utara Jawa terdiri dari tiga Golonga, diantaranya: Muslim china, muslim Persia dan Arab serta penduduk Nusantara yang masih kafir memuja roh-roh dan hidup sangat kotor.

Bukti catatan ini menunjukan bahwa, Agama Islam sejak Hadir pada awal masa zaman Islam pada tahun 674 M hingga tahun 1433 M yang memiliki rentang waktu sekita 800 tahun, Agama Islam belum dianut dan menyebar secara masif oleh penduduk asli pribumi (Nusantara).

Dakwah Walisongo pada tahun perempat akhir abad ke-15 hingga paruh kedua abad ke-16 yang menjadi akar dan tonggak terpenting dalam dakwah penyebaran agama Islam di jawa dan Nusantara. Walisongo menjadi tonggak terpenting beralaskan bahwa, pada masa kedatangan saudagar-saudagar muslim sejak tahun 674 M itu tidak serta-merta diikuti oleh semangat dakwah dan penyebaran Islam secara Masif dikalangan penduduk Nusantara sampai pada masa munculnya dakwah Walisongo di Nusantara.

Pada awal dasawarsa tahun 1440 M telah singgah kaka-beradik asal Champa, kaka beradik itu bernama Ali Murtolo (Murtadho-Kaka) dan Ali Rahmatullah (adik) bersama sepupu mereka yang bernama Abu Hurairah yang datang ke Jawa melalui kerabatnya yaitu bibinya yang bernama Darawati yang dipersunting oleh Sri Prabu Kertawijaya (Raja Majapahit) tahun 1447-1451 M. Kemudian Ali Rahmatullah diberikan amanah menjadi Imam di Surabaya dan Kakanya(Ali Murtadho) di berikan amanah untuk menjadi Raja Pandhita diwilayah Gresik.

Berawal dari keluarga asal Champa ini agama Islam mulai berkembang di wilayah Majapahit khususnya setelah putra-putra, menantu, dan murid-murid dua orang kaka beradik (Ali Rahmatullah dan Ali Murtadho) dakwah secara sistematis melalui jaringan dakwah yang kemudian disebut dengan Istilah “WaliSongo”, yang menurut beberapa catatan WaliSongo di bentuk pada pertengahan dasawarsa tahun 1470 M.

Fakta sejarah menunjukan bahwa setelah dakwah Islam yang di pelopori oleh Walisongo, Islam berkembang sangat pesat dikalangan penduduk pribumi Nusantara. Tome Pires seorang ahli obat-obatan yang menjadi duta Raja Portugal di China yang mengunjungi jawa pada tahun 1515 M dalam buku Suma Oriental, mencatat bahwa,”Wilayah disepanjang pantai utara Jawa dipimpin oleh adipati-adipati muslim, diperkuat oleh A. Pigafetta yang berkunjung ke Jawa pada tahun 1552 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar