Ada
pepatah Arab mengatakan:
لاتعجبن من هالك
كيف هوى بل فعجبن من سالم كيف نجح
"Janganlah
merasa heran dan aneh saat melihat orang-orang celaka dan binasa, tetapi fokus
dan banggalah kepada mereka yang memperoleh kesuksesan dan keselamatan".
Sinyal
positif dan optimisme dari pepatah tersebut demikian hebat dan menakjubkan.
Bagaimana tidak, pepatah itu mengajarkan agar kita sadar diri dan tau diri,
siapa diri ini sebenarnya, dari mana asalnya dan akan ke mana nantinya. Kaidah
lain mengatakan:
من عرف نفسه عرف
ربه ومن عرف ربه فقد سلم فالدينى والدنيا والآخرة.
"Siapapun
yang dengan baik telah mengetahui potensi jiwa dan raganya, maka niscaya ia
akan mendapatkan kualitas dan kuantitas terbaik dari Tuhannya (Allah), dan
dengan serta merta, ia akan meraih kebahagiaan dalam memahami agamanya, dan
keselamatan dunia kini dan akhirat kelak.
Saat
hal penting itu telah ada, maka kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dan
akhlak mulia yang hanya fokus pada kebenaran dan kebaikan saja, maka saat
itupun dengan sendirnya ia akan posisikan pendidikan sebagai hal yang besar dan
vital dan substansial.
Pendidikan
disinyalir sebagai bentuk metode yang tepat dalam proses pendewasaan individu
dan pembentukan karakter robbani berbasis qur'anik dan uswah Nabi Saw. Untuk
itulah Nabi Saw senantiasa melakukan kinerja tarbiyyah kepada par Sahabatnya
serta generasi assabikuunal awwaalun dengan penuh kesungguhan dan ekstra
hati-hati. Dengan cara demikian murid akan benar- benar tersucikan hingga
semangat fithrahnya melahirkan akhlak yang mendekati kualitas insan kamil.
Betapa cara Allah Swt dan Rasul-Nya membimbing kebajikan ini mendorong kita
untuk selalu bersyukur kepadaNYA.
Dalam
QS al-Baqarah: 151-152, dengan tegas Allah Swt kemukakan bagaimana Nabi Saw
melakukan aktivitas tarbawi dengan begitu cermat dan mendasar. Langkah pertama
adalah tilawah. Tilawah memiliki makna membacakan dengan seksama, tulus dan
ikhlas semata karena-Nya. Secara teknis, Nabi Saw memberikan contoh bagaimana
ayat-ayat Allah dibacakan dan dikomunikasikan kepada para sahabat yang dimulai
dari hati, melalui lisan, dan penegasan akal dan pikiran sehat.
Kedua,
tazkiyyah, artinya menyucikan dan membersihkan. Tazkiyyah ini memiliki
pengertian proses penyucian rohani yang dimulai dari pembersihan jasmani. Jiwa
dan raga secara integral di bersihkan dengan metode riyadhah (latihan).
Intensistasnya tidak hanya sekali ataupun dua kali saja, namun Nabi lakukan
secara terus menerus (tikrar) dan berkelanjutan (sustainable). Hal ini
bertujuan agar energi negatif (fujur) dapat dikendalikan oleh energi positif
(taqwa). Tatkala jiwa dan raga telah suci dan memiliki kecenderungan
transendental (taslim) kepada sang Khaliq, maka ilmu, amal dan akhlak dalam
bingkai keimanan akan melekat dan bersemayam dalam diri.
Langkah
ketiga yang Nabi Saw lakukan dalan ikhtiar tarbawi yaitu ta'lim. Melalui ta'lim
ini, untuk pertama kalinya Nabi memulainya dengan mengajarkan pesan-pesan Allah
yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur'an.
Dua
pendekatan yang Nabi jalankan dalam tranformasi proses pembelajaran. 1) Nabi
mengajarkan ilmu pengetahuan dan dasar-dasarnya sudah diketahui. Maka Nabi
hanya menguatkan dan memastikan informasi awal yang telah diketahui murid
senantiasa aktif dan berfungsi bagi pengetahuan selanjutnya. Meluruskan,
menguatkan, mengingatkan, dan sekaligus mengapresiasi pengetahuan murid adalah
prosedur tarbawi permulaan yang Nabi lakukan. 2) Ilmu pengetahuan yang sama
sekali belum diketahui oleh para sahabat atau muridnya. Penanaman makna
substantif dari pesan suci Allah Swt merupakan hal yang penting. Doktrin
Ilahiyyah dan ajaran Nabi dapat dipenetrasi tepat pada sasarannya, yakni hati.
Hati sebagai mediasi esensial, harus lebih dahulu disentuh dan penuhi
nilai-nilai agung.
Keempat,
hikmah, yaitu kebijaksanaan yang di dalamnya terkandung filosofi dan aksiologi
ajaran agama Islam. Sikap yang komprehensip, hati-hati, jernih, dan welas asih,
serta memastikan adanya keterlibatan dan hadirnya Allah Swt adalah ekspresi
kepribadian yang diharapkan muncul mewarnai hidup dan kehidupannya sebagai buah
dari pembelajaran tersebut.
Adalah
niscaya bagi seorang pembelajar, mengahdirkan pemilik ilmu sejati, penguasa
pengetahuan yang sesungguhnya, Dialah Allah yang Maha Tahu, Maha pintar, dan
Maha bijaksana kepada hamba-Nya. Allah Swt sendiri menginformasikan pada ayat
152 di suart al-baqarah tersebut, bahwa kita harus senantiasa mengingat Allah,
maka pasti Allah pun akan mengingat kita. Lalu bersykurlah kepada-Nya dan
jangan mengingkari karunia-Nya.
Keseriusan
Nabi Saw dalam membimbing para sahabat demikian besar dan gigih, baik dalam
pikiran, kata-kata, maupun pada perbuatan dan penegasannya. Ketegasan dalam
meyakinkan dan menyampaikan kebenaran Ilahiyah menajadi bumbu penyedap rasa
pendidikan cara nabi. Tidak pernah sedikitpun Nabi menunjukan kelemahan,
kemalasan, ketakutan, dan kegelisahan dalam berdakwah, berjuang dan dalam
mentransformasikan ajaran agama Islam. Beliau selalu strong dan berani. Dalam
salah satu haditsnya Nabi mengatakan:
ليس القوي بالصرعة
ولكن القوي من يملك نفسه عند الغضب.
"Tidaklah
ternasuk kuat orang yang mengandalkan otot dan kekuatannya, sebab orang kuat
itu adalah dia yang memiliki kemampuan mengendalikan emosinya di saat
marah".
Term القوي
yang dimaknai "kuat" dalam hadits di atas, merupakan arti yang baru
yang sebelumnya tidak diketahui oleh bagsa Arab. Saat itu, bangsa Arab selalu
memaknai kuat dengan melampiaskan segala yang mereka inginkan pada saat marah
dengan kekuatan fisik.
Maka
dari itu, sinyal dan pesan pendidikan dalam Islam adalah sebuah konsep idela
yang Allah hadirkan untuk kebajikan hamba-Nya. Melalui delegasi-Nya inilah
pendidjkan Rabbani dapat dipenetrasi dengan baik kepada hati dan amalnya
orang-orang yang beriman. Dalam QS al-furqan: 63, konsep tersebut Allah
kemukakan:
وعباد الرحمن الذين
يمشون على الأرض هونا وإذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلاما
Komitmen
dan konsistensi lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, madrasah
diniyah, dan majelis taklim dalam proses pendidikannya, harus juga
diimplementasikan dalam keluarga secara utuh, agar keluarga dapat melahirkan
anak dan generasi muslim yang tangguh akidahnya, kuat akalnya dan eksisten
amalnya dalam harakah yang diridhai Allah Swt
(lihat QS At Taubah: 128).
Perkembangan
jaman yang sangat cepat dan derasnya perubahan di kehidupan dunia ini, memicu
kita untuk memperbaiki way of life dalam amal dan aktivitas pendidikan generasi
kita. Tidak ada kalimat dan kata-kata
yang sangat baik dan sempurna kecuali kata-kata Allah Swt. Dan tidak ada
teladan dan petunjuk teknis terbaik dan terindah kecuali uswah dan qudwah
Rasulullah Saw.
Karena
itu, kebijakan, startegi, manajeman, dan tata kelola pendidikan umat Islam
wajib mengacu dan berlandaskan kitab suci. Rujuk secara total tunduk dan patuh
dengan optimal kepada sumber petunjuk tersebut adalah niscaya. Era industri 4.0
yang saat ini sedang berlangsung dan bahkan telah akan finish dan masuk di era
industri 5.0, rasa mengusik hati, mendongkrak akal dan pikiran serta mendorong
harokah dan kinerja duniawi kita harus lebih cerdas dan cermat.
Umat
islam dalam hal ini wajib bangkit dan berdiri tegak, kokoh dan kuat ditengah
hiruk pikuk dan hingar bingarnya kehidupan modern. Umat Islam sudah saatnya
menguasai dunia. Dunia ekonomi, politik, sosial, budaya, dan bahkan tata negara
yang pernah diraih oleh umat islam masa lalu. Intrumen strategis dan penting
itu tidak akan dapat diraih, kecuali dengan pendidikan, pendidjkan berbasis
paradigmatik qur'anik dan minsdset nubuwwah. InsyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar