03 Juli 2023

Syekh Abdul Qadir Jailani: Biografi, Perjalanan Mencari Ilmu, dan Nasihat Spiritual

Syekh Abdul Qadir Jailani

Alazharcitangkolo.com- Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan tokoh ulama fiqih terkemuka dan sangat dikenal sebagai seorang wali  dalam dunia tarekat dan sufisme. 


Nama Syekh Abdul Qadir Jailani masih sangat terkenal hingga sekarang ini. Ia dikenal sebagai ulama yang memiliki banyak ilmu, keutamaan, serta karomah. Oleh karena itu, banyak orang yang berguru kepadanya untuk menimba ilmu dan nasihat spiritual yang sangat menginspirasi dan menghidupkan hati.


Tulisan ini akan sedikit dibahas tentang biografi dan perjalanan menimba ilmu sampai nasihat-nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani.

Tahun Kelahiran Syekh Abdul Qadir Jailani

Menurut Imam Al-Dzahaby, Syekh Abdul Qadir Jailani lahir di kota Gilan, Jailan atau Jilan. Kota tersebut merupakan bagian dari wilayah terpencil di Thabaristan, Irak. Ia dilahirkan pada awal Ramadhan tahun 471 H, riwayat lain ada yang mengatakan tahun 470 H.

Syekh Abdul Qadir Jailani lahir dari orang tua yang masih memiliki tali nasab hingga Rasulullah Saw. Yakni ayahnya yang bernama Abu Sholeh bin Musa bin Abdulloh Yahya Al-Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa Al-Juawaiiny bin Abdulloh Al-Makhdili bin Hasan Al-Mustanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.

Sementara ibunya bernama Syarifah Fatimah binti Abdulloh Al-Shoma’i bin Abu Jamaluddin bin Mahmud bin Thohir bin Abu Athoabdillah bin Kamaluddin bin Isa Alauddin Muhammad Al-Jawwad bin Ali Al-Ridha bin Musa Kadzim bin Ja’far Al-Shidiq bin Muhammad Al-Bakir bin Zainal Abidin bin Husain Al-Syahid binti Fatimah r.a.

Pada malam kelahirannya, Syekh Abdul Qadir Jailani diliputi banyak cahaya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat melihatnya. Pada saat melahirkan Syekh Abdul Qodir Jailani, ibunya Syarifah Fatimah, sudah berusia 60 tahun. 

Sejak dilahirkan, Syekh Abdul Qodir Jailani menolak untuk menyusu, dan baru mau menyusu setelah berbuka puasa. Di belakang pundak Syekh Abdul Qadir Jailani terdapat jejak kaki Rasulullah Saw. Yaitu ketika pundaknya dijadikan tangga pada saat Rasulullah hendak menaiki buroq pada malam mi'raj.

Semasa kecilnya, Syekh Abdul Qodir Jailani selalu menerima bimbingan pembacaan dasar Al-Qur'an dari kedua orang tuanya dan kakeknya, sehingga ia dapat menghafal Al-Qur'an dalam usianya yang masih sangat belia. 

Fatimah lah yang mempunyai peran penting dalam mengasuh dan membentuk wataknya. Hal ini disebabkan ayahnya yang telah tutup usia sejak Syekh Abdul Qodir Jailani masih kanak-kanak.

Perjalanan Menimba Ilmu Syekh Abdul Qadir Jailani

Tahun demi tahun Syekh Abdul Qadir Jailani tumbuh besar dan ingin pergi untuk menimba ilmu ke Baghdad. Ia pun memberanikan diri untuk izin kepada ibunya.

Ibu Syekh Abdul Qodir Jailani merasa sedih dan takut saat mendengar keinginan putranya pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari ilmu. Hal ini dikarenakan ibunya sudah berusia tua dan ibunya berfikiran tidak bisa melihat anaknya untuk selama-lamanya. 

Pada akhirnya, ibunya memberi izin untuk pergi seraya berwasiat agar Syekh Abdul Qadir Jailani untuk selalu bersikap jujur. 

“Anakku, semoga Allah selalu menjaga dan membimbingmu. Aku ikhlas melepas buah hatiku karena Allah. Aku sadar aku tidak akan bertemu lagi dengan dirimu sampai hari kiamat, dan aku titip pesan kepadamu wahai anakku, janganlah kamu berkata bohong, bersikaplah jujur dalam situasi dan kondisi apapun, karena itu akan menghantarkan menjadi orang yang sholeh.” Nasihatnya ini sangat meresap kedalam kalbu Syekh Abdul Qadir Jailani.

Setibanya di Baghdad, Syekh Abdul Qadir Jailani tidak diterima di Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Namun, penolakan tersebut justru memberikan hikmah kepadanya. 

Akhirnya, beliau belajar kepada ulama-ulama, seperti Ibnu Aqil, Abul Khattat, Abul Husein Al-Farra' dan Abu Sa'adal Muharrimi. Sampai pada akhirnya, Syekh Abdul Qadir Jailani mampu menguasai ilmu Ushul, Tasawuf dan perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Di samping itu beliau juga mempelajari ilmu hadits kepada ulama hadits yang terkenal pada saat itu, salah satunya adalah Abu Gholib Muhammad Ibn Al-Hasan Al-Baqilani. Adapun, pendalaman ilmu fiqihnya belajar kepada ulama fiqih Madzhab Hambali, seperti Sa'ad Al-Mukharrami. Sedangkan di bidang bahasa dan sastra belajar dari abu Zakarya Ibn Ali Al-Tibrizi serta di bidang Ilmu Tasawuf dipelajari dari Hammad ibn Muslim Al-Dabbas.

Melihat kemampuan Syekh Abdul Qadir Jailani yang sangat luar biasa, Abu Sa'ad Al-Mukharrami menyerahkan sekolah miliknya kepada Syekh Abdul Qadir Jailani. Ia mengelola dengan sungguh-sungguh sampai bermukim di sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut.

Meneladani Sifat dan Akhlak Syekh Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qodir Jailani sangat dikenal sebagai ulama yang sangat baik akhlaknya. Oleh karena itu, kita harus meneladani sifat dan akhlaknya dan diterapkan di kehidupan sehari-sehari. 

Salah satu sifat Syekh Abdul Qadir Jailani yang harus kita teladani adalah kejujurannya. Sejak kecil Syekh Abdul Qodir Jailani telah dididik untuk selalu bersikap jujur, sehingga Syekh Abdul Qodir Jailani tumbuh menjadi orang yang sangat jujur dan sama sekali tidak mau berbohong. 

Sifat selanjutnya yang dimilik Syekh Abdul Qadir Jailani yaitu sifat dermawan. Syekh Abdul Qodir Jailani sangat menjunjung tinggi kemuliaan akhlak. Setiap malam beliau memberikan hidangan untuk makan bersama para tamu dan duduk bersama orang-orang yang lemah. 

Syekh Abdul Qodir Jailani juga sangat terkenal dengan sifat kesabarannya dalam berbagai hal, apalagi dengan hal-hal yang membuatnya benci. Sabar saat kelaparan, kefakiran dan perlakuan yang tidak baik orang-orang terhadap dirinya.

Ada salah satu riwayat yang menggambarkan kemurahan hati Syekh Abdul Qodir Jailani yaitu ketika beliau dilempar ke sungai Dajlah oleh gurunya, Hammad ibn Muslim Al-Dabbas. Syekh Abdul Qodir Jailani tidak ada rasa marah sedikitpun, ia hanya memeras jubahnya lalu memakainya kembali. Kemudian, mengikuti rombongan yang bersamanya pergi. 

Syekh Abdul Qadir Jailani mempunyai sifat Wara. Sifat Wara ini terlihat saat dalam perjalanan menimba ilmu menuju Baghdad. Dia tidak mau berbohong meskipun saat itu jiwa dan raganya terancam. Selain itu, dia juga tidak tergoda dari pengaruh-pengaruh yang sifatnya duniawi ketika dia sedang belajar bersama ulama besar di baghdad.

Kehidupan Keluarga dan Rutinitas Keseharian

Pada usia lima puluh, pernikahan bukan sesuatu yang terlintas pada pikiran Syekh Abdul Qadir Jailani. Bahkan dia sampai menganggapnya sebagai upaya rohaninya. Namun, lambat laun akhirnya Syekh Abdul Qadir Jailani menikahi empat perempuan.

Keempatnya itu adalah perempuan yang sholihah dan sangat taat kepda Alloh SWT. Sampai akhirnya ia memiliki keturunan yang banyak. Yakni, ada empat puluh sembilan anak, dua puluh putra dan yang lainnya putri.

Dalam kesehariannya Syekh Abdul Qadir Jailani selalu berdakwah tiga kali dalam seminggu. Ia juga mengajar ilmu Tafsir Al-Qur'an, Hadits, Ushul Fiqih dan mata pelajaran lainnya. Menjelang maghrib, ia membagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah solat maghrib, ia makan malam karena ia selalu berpuasa sepanjang tahun.

Sebelum berbuka puasa, ia mengundang tetangganya yang membutuhkan makanan untuk diajak makan malam bersamanya. Sesudah solat isya, ia istirahat di kamar dan mengambil kesempatan malamnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Nasihat Syekh Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qadir Jailani memberi nasihat apabila kamu belum bisa menjadi musuh terhadap kesendirianmu, janganlah kamu berharap menjadi orang yang saleh. Maksudnya adalah dengan menjadi musuh terhadap kesendirianmu yaitu kamu harus benar-benar melepas segala kemaujudanmu, baik tindakanmu, diammu, pendengaranmu, pembicaraanmu, perilakumu, pikiranmu maupun segala sesuatu yang muncul dari dirimu.

Selanjutnya, jika kamu ingin menjadi orang yang saleh, maka itu akan tercapai dengan menjadi musuh terhadap kesendirianmu, kemudian “mewujudkan” rohanimu dan tancapkan dalam hatimu agar bersemayam di dalamnya. 
Jika kamu membutuhkan pertolongan, mintalah kepada Allah Swt. 

Tinta yang telah dituliskan melalui pena akan menjadi kering setelah menuliskan sesuatu yang akan terjadi. Jika hamba-hamba Allah Swt berupaya keras memberimu sesuatu yang tidak Allah Swt tentukan bagimu, sekeras apapun mereka berupaya, tidak akan mampu melakukannya. 

Apabila hamba-hamba Allah Swt berupaya keras merugikanmu, sedangkan Alah Swt tidak menghendakinya, niscaya mereka tidak akan berhasil melakukannya.

Ingatlah pertolongan Allah SWT akan datang melalui kesabaran dan keridhaan. Ingatlah bahwa di dalam kesulitan terdapat kemudahan. Maka, hendaklah para kaum muslimin dan mukminin menjadikan hadits sebagai cerminan hatinya, sebagai pakaian lahiriah dan rohaniah. Menjadikannya slogan hidup dan semoga mendapatkan kemuliaan dan kasih sayang dari Allah SWT yang maha mulia.


Penulis: Neli Fadilah
Editor: Zul Fikar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar