Ilustrasi Sosial Media |
Alazharcitangkolo.com- Untuk mengawali tulisan ini, kita perlu menanyakan kepada para pengguna media sosial termasuk kita, pernahkah kita berpikir dari mana informasi itu kita dapatkan sehingga dapat masuk dan dibaca berulang-ulang oleh hati dan pikiran, padahal kita belum mengetahui dari mana asal sumbernya.
Contohnya, saat kita buka media sosial (facebook/instagram/tiktok) ada fitur feed status tulisan ataupun vidio reels yang berisi kata-kata, quote, ataupun vidio tentang kepribadian, atau juga berisi tentang konten-konten yang direkomendasikan sesuai dengan kebiasaan dan minat kita yang berbasis pada algoritma setiap pengguna.
Dari berbagai jenis konten baik agama, opini, ide, pengembangan diri, ataupun hanya sebatas kata-kata motivasi kini sudah menjamur, ibarat makanan gratis yang setiap saat siap disantap.
Konsumsi informasi di media sosial yang secara bebas sudah ada, alangkah baiknya perlu kita filter, perlu kita selidiki, perlu kita pertanyakan, perlu kita waspada terkait hal tersebut.
Ada banyak konten-konten quote, kata-kata motivasi, bahkan rekomendasi perbaikan kepribadian diri yang secara langsung kita baca dan tidak sadar itu akan mempengaruhi prilaku dan pola pikir kita dalam menjalani kehidupan.
Literasi digital sangat perlu bagi para remaja dan pemuda bangsa khususnya para santri, agar prilaku dan pola pikirnya berlandaskan pada kaidah ilmiyah-amaliyah yang sesuai dengan tuntunan guru-guru kita di pesantren.
Ada banyak konten-konten agama yang secara mentah-mentah kita baca lalu kemudian kita masukan kedalam pikiran hingga kita praktikan dalam kehidupan, yang padahal secara tingkat kevalidan dan keabsahan informasi tersebut belum jelas dari mana sumber asalnya.
Lebih jauh lagi banyak konten-konten doktirn agama yang berbau akidah, ini bisa sangat akan merusak dan menjadi bahaya ancaman terkait dengan pola berfikir para pemuda khususnya para santri yang sudah kecanduan dan tidak terelakan masuk dan bermain sosial media.
Dengan adanya media sosial siapapun bebas mengeluarkan pendapat, opini, ide gagasan dan yang lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering menimbulkan potensi konflik yang pada akhirnya dapat berujung pada sebuah perpecahan dan perbedaan pendapat tanpa ada dasar dan referensi sumber yang bisa di pertanggung jawabkan.
Informasi yang kita dapatkan akan menentukan perilaku dan pola pikir generasi bangsa, Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan dalam tatanan masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika dan norma yang ada.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai kultur, suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial. Dari berbagai kalangan dan usia hampir semua masyarakat Indonesia memiliki dan menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi ke publik.
Dinamika kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi merupakan fenomena pendorong perubahan tersebut. Kebebasan personal dalam menyampaikan ide, kritik, saran dan bahkan “hujatan” sudah sering dijumpai setiap saat melalui berbagai varian media yang di gunakan.
Santri harus mampu menggunakan, mencerna, dan kemudian memfilter berbagai sumber informasi yang beredar di media sosial agar supaya perilaku dan pola berpikirnya sesuai dengan kaidah dan tuntunan yang telah di ajarkan guru-guru kita di pesantren.
Penulis : Bad'ul Hilmi Ar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar