Puasa
menurut bahasa adalah al Imsak artinya menahan, sedangkan menurut
istilah Puasa adalah menahan dari segala hal yang dapat membatalkan puasa pada
waktu yang di wajibkan untuk berpuasa dengan niat khusus. Perintah untuk
menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan bagai orang islam yang sudah baligh,
berakal dan mampu menjalankannya adalah sebuah kewajiban tanpa adanya tawaran
untuk tidak mengerjakannya. Berikut ini adalah 10 perkara yang dapat
membatalkan puasa, diantaranya :
1. Segala
sesuatu yang masuk ke lubang tubuh seperti makanan,minuman dan selainnya, apabila
tertelan sekecil biji atau setetes air maka puasanya batal, dalam hal ini
mengecualikan karena sebab lupa, maka puasanya tidak batal. Hal ini sama
seperti orang yang berpuasa yang terkena musibah (sakit yang tidak
memungkinkan untuk puasa) maka baginya tidak di berikan denda (kafarat),
akan tetapi wajib mengganti (qo’dho) puasanya.
2. Segala
sesuatu yang masuk ke bagian rongga kepala, seperti obat yang di masukan ke dalam
rongga hidung atau mengalirkan obat ke lubang telinga, maka puasanya batal. Jika
memberikan minyak rambut atau memberi celak pada mata maka puasanya tidak batal
walaupun dapat dirasakan dari pada tempat tumbuhnya rambut, hal seperti
demikian itu sama dengan mencium minyak wangi maka tidak membatalkan puasa.
3. Muntah
dengan disengaja maka batal puasanya, jika muntah karena tidak di sengaja maka
puasanya tidak batal, dan juga tidak membatalkan puasa jika sebab muntahnya
karena mual atau merasa jijik terhadap sesuatu yang dilihatnya.
4. Keluar
mani disebabkan karena bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan maka
puasanya batal tanpa dikenai denda (kafarat), dan jika keluar mani disebabkan
karena memasukan hasafah/dzakar ke dalam farji atau dubur dari hasafah/dzakar
manusia atau hewan maka batal puasanya (baik keluar ataupun tidak maninya) dan
baginya dikenai denda (kafarat) untuk memerdekakan budak perempuan yang mu’min
dan sehat dari sifat cacat yang menghalanginya dalam melakukan pekerjaan, maka
jika tidak di temukan (memerdekakan budak perempuan yang mu’min yang sehat
dari sifat cacat yang menghalangi dalam melakukan pekerjaan), maka berpuasa
selama 2 bualan selain hari untuk mengganti (qo’dho) puasanya, jika
tidak mampu untuk berpuasa selama 2 bulan, maka dendanya (kafarat)
memberikan makanan ke pada 60 orang miskin sebanyak 1 mud (1 1/3 Ritel
Baghdad) dari bahan makanan pokok yang ada. Keluar mani tidak membatalkan
puasa sebab ihtilam (mimpi keluar mani) dan bukan sebab bersentuhan yang
tidak menyebabkan keluar mani.
5. Huqnaf, yakni memasukan obat melalui kemaluan, anus atau selainnya, maka puasanya
batal, atau ketika melukai lubang hidung dengan alat yang tajam maka puasanya
batal, hal ini disamakan dengan memasukan obat melalui kemaluan, anus atau
selainnya.
6. Junun (Gila), jika gilanya hanya sedikit maka tidak wajib mengganti (qo’dho)
puasanya, ketika sudah dalam keadaan sehat, kecuali apabila sebab gilanya dari
dirinya sendiri maka wajib mengganti (qo’dho) puasanya ketika sudah
dalam keadaan normal (sehat).
7. Igma (Pingsan), jika keadaan pingsannya mencangkup seluruh waktu yang
di wajibkan untuk berpuasa, dan baginya wajib mengganti (qo’dho) puasanya
setelah sadar dari pingsannya.
8. Haid, ketika melaksanakan puasa, maka batal puasanya. Darah istihadzoh
tidak membatalkan puasa. jika pingsannya hanya sebagian dari hari yang di
wajibkan puasa,cmaka puasanya tidak batal, ketika matanya sudah dapat melihat
atau sadar.
9. Nifas, hal ini disamakan dengan haid, maka batal puasanya.
10. Murtad (keluar dari islam) maka batal puasanya, dan baginya (murtad)
wajib mengganti (qo’dho) puasanya, ketika kembali masuk agama islam dan
wajib mengqo’do sholat fardu yang di tinggalkan.
Refrensi :
- al Iqna Fil Fiqhi as Syafi’i Lil
Mawradi : Hal. 32
الإقناع
فى الفقه الشافعى ــ للماوردى (ص: 32)
باب
ما يفطر به الصائم وفطر الصائم قد يكون من عشرة أوجه أحدها ما وصل إلى الجوف من
غذاء وغيره حتى لو ابتلع خردلة أو حصا
أفطر
بها إلا أن يكون ناسيا فيكون على صومه وإن شبع ورزي ولا كفارة عليه إن أفطر بأكل
أو شرب والثاني ما وصل إلى الرأس من سعوط في النف أو تقطير دواء في الأذن يفطر به
وإن دهن رأسه أو كحل عينه لم يفطر وإن ظهر طعمه في حلقه وكذلك لو شم طيبا والثالث
القيء إن استقاء عامدا أفطر وإن ذرعه القيء لم يفطر ولا يفطر بالجشاء والغثيان
والرابع المباشرة إن إنزل بها من غير إيلاج أفطر ولا كفارة عليه وإن أولج حتى حتى
غيب حشفة ذكره في أحد الفرجين من قبل أو دبر من آدمي أو بهيمة أفطر أنزل أو لم
ينزل وعليه أن يكفر بعتق رقبة مؤمنة سليمة من العيوب التي تضر بالعمل إضرارا بينا
فإن لم يجد صام شهرين متتابعين سوى يوم القضاء
فإن لم يستطع أطعم ستين مسكينا مدا من غالب الحبوب المقتاتة ولا يفطر
بالاحتلام ولا بالمباشرة من غير إيلاج ولا إنزال والخامس الحقنة من احد السبيلين
وإيلاج ما يغيب فيه من دواء وغيره يفطر به وكذلك لو جرح نفه حتى وصل الحديد إلى
جوفه أفطر والسادس الجنون وإن قل ولا قضاء عليه إلا أن يدخل الجنون على نفسه فيقضي
إن أفاق والسابع الإغماء إن كان في جميع اليوم أفطر به وعليه القضاء بعد الإفاقة
وإن كان في بعضه لم يفطر إذا سلم طرفاه والثامن الحيض تفطر به المرأة وإن كان في
بعض اليوم ولا تفطر بالاستحاضة والتاسع النفاس تفطر به كالحيض ولا تفطر بوضع الولد
إذا لم تر معه دما والعاشر الردة يفطر بها الصائم ويقضي إذا عاد إلى الإسلام مع ما
تركه من الصلوات المفروضاتPenulis: Bad’ul Hilmi AR/Ketua Lajnah Bahtsul Masail PP.Miftahul Huda
Al-Azhar Kota Banjar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar