18 April 2022

Dua dimensi Ibadah Puasa



Kajian kitab asrar al-shaum karangan Abi Hamid Muhamad bin Muhamad Al-Ghozali


Puasa menurut imam al-ghozali memiliki dua dimensi yaitu dzohir dan bathin. Dimensi dzohir adalah puasa dengan menetapi syarat rukun dan menghindari dari hal-hal yang membatalkan puasa. Pembahasan ini dapat di lihat dalam penjelasan yang di sampaikan oleh ulama-ulama fikih, yang dalam istilah imam Ghozali di sebut dengan ‘ulama dzohir. ‘Ulama dzhoir hanya melihat bagaimana puasa dapat dilaksanakan dengan sah sehingga dapat terbebas dari taklif atau tuntutan qodlo setelahnya.


Dimensi bathin tidak hanya memandang bagaimana puasa dapat sah tapi juga dapat diterima sehingga mendapat tujuan dari puasa itu sendiri yaitu melawan syahwat yang menjadi perantara syaitan untuk menggoda manusia. Manusia yang dapat melawan syahwat maka derajatnya naik yaitu sama dengan derajatnya malaikat. Dengan sampainya manusia pada posisi ini manusia diharapkan dapat semakin dekat dengan dengan Allah.

Manusia yang turun dari posisi tersebut dengan ketidak mampuannya melawan syahwat maka rutbah atau drajatnya manusia berada sebagaimana bahaim (hewan).


Sebagian ulama berkata, “banyak dari orang yang berpuasa tapi seperti orang yang tidak berpuasa dan orang yang tidak berpuasa sebagaimana orang yang berpuasa”. Al-mufthir al-shaim (tidak berpuasa tapi seperti berpuasa) adalah mereka yang senantiasa menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan dosa walaupun tetap makan dan minum.


Al-shaim al-mufthir (berpuasa tapi seperti tidak berpuasa) adalah meraka yang menahan lapar dan dehaga tapi badannya masih melakukan dosa. Dari dua hal ini yang terbaik adalah al-mufthir al-shaim karena mereka telah melaksanakan intisari dari ibadah puasa yaitu menahan hawa nafsu. Walaupun tentu dalam bulan ramadlan tetap harus berpuasa dengan berusaha melawan hawa nafsunya. Yang paling baik adalah berpuasa dengan senantiasa melawan hawa nafsu dari melakukan hal-hal yang tercela.


Dua dimensi dalam puasa ini yang digambarkan oleh al-ghozali juga di miliki oleh ibadah-ibadah yang lain. Setiap ibadah memiliki sisi dzohir, batin atau kulit dan isi. Untuk kesempurnaan ibadah ini perlu memahami dua dimensi tersebut agar mendapatkan kesempurnaannya ibadah.

Penulis : Gus Rijal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar