Kajian kitab asrar al-shaum karangan
Abi Hamid Muhamad bin Muhamad Al-Ghozali
Puasa
menurut imam al-ghozali memiliki dua dimensi yaitu dzohir dan bathin. Dimensi
dzohir adalah puasa dengan menetapi syarat rukun dan menghindari dari hal-hal
yang membatalkan puasa. Pembahasan ini dapat di lihat dalam penjelasan yang di
sampaikan oleh ulama-ulama fikih, yang dalam istilah imam Ghozali di sebut
dengan ‘ulama dzohir. ‘Ulama dzhoir hanya melihat bagaimana puasa dapat
dilaksanakan dengan sah sehingga dapat terbebas dari taklif atau tuntutan qodlo
setelahnya.
Dimensi
bathin tidak hanya memandang bagaimana puasa dapat sah tapi juga dapat
diterima sehingga mendapat tujuan dari puasa itu sendiri yaitu melawan syahwat
yang menjadi perantara syaitan untuk menggoda manusia. Manusia yang dapat
melawan syahwat maka derajatnya naik yaitu sama dengan derajatnya malaikat.
Dengan sampainya manusia pada posisi ini manusia diharapkan dapat semakin dekat
dengan dengan Allah.
Manusia
yang turun dari posisi tersebut dengan ketidak mampuannya melawan syahwat maka rutbah
atau drajatnya manusia berada sebagaimana bahaim (hewan).
Sebagian
ulama berkata, “banyak dari orang yang berpuasa tapi seperti orang yang tidak
berpuasa dan orang yang tidak berpuasa sebagaimana orang yang berpuasa”. Al-mufthir
al-shaim (tidak berpuasa tapi seperti berpuasa) adalah mereka yang
senantiasa menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan dosa walaupun tetap
makan dan minum.
Al-shaim
al-mufthir (berpuasa tapi seperti tidak berpuasa)
adalah meraka yang menahan lapar dan dehaga tapi badannya masih melakukan dosa.
Dari dua hal ini yang terbaik adalah al-mufthir al-shaim karena mereka telah
melaksanakan intisari dari ibadah puasa yaitu menahan hawa nafsu. Walaupun
tentu dalam bulan ramadlan tetap harus berpuasa dengan berusaha melawan hawa
nafsunya. Yang paling baik adalah berpuasa dengan senantiasa melawan hawa nafsu
dari melakukan hal-hal yang tercela.
Dua
dimensi dalam puasa ini yang digambarkan oleh al-ghozali juga di miliki oleh
ibadah-ibadah yang lain. Setiap ibadah memiliki sisi dzohir, batin atau kulit
dan isi. Untuk kesempurnaan ibadah ini perlu memahami dua dimensi tersebut agar
mendapatkan kesempurnaannya ibadah.
Penulis : Gus Rijal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar