Oleh: Ahmad Zuhri Elwafa
Tradisi belajar mengajar yang berada di pondok pesantren seperti halnya sorogan, bandungan, halaqoh, musyawaroh, diniyah, maupun mengaji al-quran dengan cara musyafahah (bertatap muka) tidak terlepas dari keberlangsungan proses belajar mengajar para Ulama dari mulai Ulama nya para Sahabat sampai Ulama hari ini. Dan itu jelas tidak terlepas dari proses belajar mengajar nya Nabi Muhammad sholla allohu ‘alaihi wasallam terhadap para sahabat.
Tradisi belajar mengajar yang berada di pondok pesantren seperti halnya sorogan, bandungan, halaqoh, musyawaroh, diniyah, maupun mengaji al-quran dengan cara musyafahah (bertatap muka) tidak terlepas dari keberlangsungan proses belajar mengajar para Ulama dari mulai Ulama nya para Sahabat sampai Ulama hari ini. Dan itu jelas tidak terlepas dari proses belajar mengajar nya Nabi Muhammad sholla allohu ‘alaihi wasallam terhadap para sahabat.
Kita patut bersyukur di pondokkan
di pondok pesantren yang masih memegang tradisi belajar mengajar di pondok
pesantren hingga saat ini, walaupun terkadang ada sebagian orang menganggap
jumudnya tradisi belajar mengajar di pondok pesantren. Karena satu hal sebagian
dari mereka belum mengerti akan keberhasilan para cendekia dari mulai kurun
Sahabat Nabi hingga kurun saat ini dengan proses belajar mengajar yang dari
dulu hingga sekarang tetap tidak ada perubahan.
Sorogan, bandungan, halaqoh,
musyawaroh, diniyah, maupun musyafahah dalam mengaji al-quran itulah proses
belajar mengajar yang membuat para cendekia menyandang keberhasilan sehingga
patutlah sebagai Ulama yang warosatul anbiya’ Ulama yang yakhsa alloh takut
kepada Alloh. Mengapa demikian, karena antara guru dengan murid bisa melihat,
mendengar, menulis, berfikir secara langsung. Tidak ada sekat antara guru dan
murid. Tidak ada sekat untuk memancarkan Nur ilmu kepada muridnya.
Istiqomah juga berkaitan akan
keberhasilan para cendekia para Ulama. Ajeg akan apa yang ia jalani,
bersungguh-sungguh akan yang ia jalani saat ini. Dengan tidak memandang
terhadap yang lain. Hanya satu mendapatkan Nur ilmu, sehingga bisa melaksanakan
hadis nya Nabi طلب
العلم فريضة على كل مسلم. Ia sudah melaksanakan
kefarduan fardu ‘ain nya mencari Ilmu.
Jadi kita sebagai santri
bersyukurlah masih bisa mengikuti tradisi belajar mengajar yang telah dilakukan
sedari Nabi Muhammad mengajar kepada para sahabatnya, yang dilakukan para
sahabat dalam belajar dan menyerap Nur kenabian dan Nur ilmu langsung dari Nabi
Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Akankah kita belum mensyukurinya? Akankah kita
ingin merasakan indahnya belajar mengajar? Akankah kita ingin merasakan Nur
kenabian Nur ilmu? Dengan tanpa mengikuti apa yang sudah menjadi tradisi proses
belajar mengajar dari zaman nya Nabi Muhammad? Sungguh amat sangat merugi
pabila ada santri ingin merasakan Nur kenabian, Nur ilmu dengan tidak melakukan
apa yang sudah dilakukan para Sahabat, para Tabi’in, para Ulama.
Mari kita pikiran kita, tubuh
kita, hanya untuk selalu merasakan tradisi proses belajar mengajar seperti
halnya sorogan, bandungan, halaqoh, musyawaroh, diniyah, maupun musyfahah dalam
mengaji al-quran di Pondok pesantren yang kita tempati saat ini maupun pondok
pesantren di mana pun berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar