Langkah badannya tegak dengan kepala bermimik sinis menunjukan raut
muka tidak sedap di pandang, namanya adalah Abi kehidupannya penuh dengan
kenikmatan yang jarang di sukurinya, pergaulannya dengan remaja bebas dan
kemajuan teknologi yang semakin pesat di
jaman modern membuat akhlaknya buruk pada akhir lulus sekolah menengah pertama
orang tuanya memutuskan untuk memendidik Abi di Pondok Pesantren, Abi memiliki
sifat buruk yaitu sombong, dan Abi ingin mempunyai ilmu sakti agar dirinya
dapat menunjukan kehebatannya di depan teman-temannya.
Waktu menunjukan matahari mulai menampakan sinarnya tepat jam 09:00
WIB roda empat mobil keluarga Abi sampai di gerbang Pondok Pesantren, Abi
memakai baju remaja yang penuh dengan gaya, di pandangnya oleh santri lain
penuh pesona dengan gayanya yang sombong, seolah bahwa semua mata tertuju
kepadanya, dalam hati kecil Abi berbisik,” Aku ini adalah orang yang sakti bisa
membuat semua mata tertuju kepadaku”, sampai Abi pada ruang administrasi
pendaftaran santri baru, lalu Abi mengambil formulir dan brosur yang ada di hadapannya
lalu Abi berkata kepada orang tuannya dengan suara keras seolah Abi adalah
orang yang sanggup membayar semua administrasi Pondok Pesantren dengan gaya
yang tidak enak di pandang oleh petugas administrasi Abi berkata,” Ibu!, ini
pembayaran administrasi Pondok Pesantren, ko! Murah banget ya! Ibu lunasin deh
semuanya”, dengan suara menyindir petugas Pondok Pesantren, Ibunya pun
berkata,” iya nak! Tapi kan kamu tidak usah meremehkan dengan gayamu itu tidak
baik bagimu”, Abi menjawab perkataan ibunya,” ini kan gaya Abi bu! Terserah Abi
lah !”, dengan nada keras membantah perkataan kedua orang tuanya, setelah
administrasi Pondok Pesantren selesai, Abi menuju kamar yang hendak ia tempati,
sesampainya di kamar Abi, petugas yang menghantarkan Abi menyuruh Abi untuk
memperkenalkan dirinya kepada teman-teman santrinya yang ada di kamarnya, Abi
dengan gaya yang sombong memperkenalkan dirinya kepada teman-temannya dengan
berkata,” nama saya Abi singkat dan mudah di ingat, saya punya mobil, motor,
HP, dan rumah yang besar, lalu petugas Pondok Pesantren pun menegur
perkataannya dengan mengajari Abi memperkenalkan dirinya sesuai apa yang harus
di kenalkan,”cukup-cukup perkenalannya, kamu cukup memperkenalkan diri dengan
menyebut nama, tempat tanggal lahir, cita-cita, dan hobi atau saran dan pesan
itu saja”,Abi menjawab,” Katanya suruh memperkenalkan ya! Saya kenalkan gimana
sih!”, dengan suara tegas, setelah memperkenalkan dirinya Abi merapihkan
bajunya yang akan di letakan di lemari kamarnya, selama di kamar dan mengikuti
kegiatan Abi tidak mempunyai teman yang dekat dengannya karena sifat sombong
yang ia miliki mengakibatkan teman-teman Abi tidak suka dengan Abi, suatu
ketika Abi bertanya kepada salah satu temannya,” kenapa di Pondok Pesantren ini
tidak di ajari ilmu sakti seperti menghilang”, temannya pun menjawab,” ilmu
yang seperti itu tidak di ajarkan di Pondok Pesantren ini untuk santri yang
baru masuk,” Abi menjawab,” bukannya Pondok Pesantren mengajarkan ilmu sakti,
aku akan minta saja ke pak kiyai”, lalu Abi memberanikan dirinya menghadap
kiyai yang mengasuh di Pondok Pesantrennya, langkah dan fikirannya hanya
tertuju kepada rumah pak kiyai kapan Abi bisa datang menghadap pak kiyai,
selama di Pondok Pesantren Abi hanya memikirkan bagaimana bisa bertemu pak
kiyai supaya dapat belajar ilmu sakti, dua minggu lamanya Abi sudah berada di
Pondok Pesantren tapi Abi tidak kunjung mendapatkan ilmu sakti, akhirnya
setelah sholat isya selesai dan pak kiyai kembali pulang ke rumah, sebelum pak
kiyai sampai rumah Abi sudah menunggu di depan rumah pak kiyai lalu Abi
mengucapkan salam,”Assalamualaikum pak”, berbicaranya seperti orang remaja yang
hendak menyapa dengan suara lantang, lalu pak kiyai menjawab salam
Abi,”Walaikumussalam, ada perlu apa datang kerumah”, Abi menjawab,” saya pengin
punya ilmu sakti, yang bisa menghilang”, lalu pak kiyai pun berkata sambil
tersenyum,” ilmu mu nak! Belum sampai seperti itu, kamu sholat juga belum sah”,
kemudian Abi menjawab” saya sholat lima waktu pak kiyai, kenapa sholat saya di
katakan belum sah”, lalu pak kiyai menjawab” sarung kamu itu bolong, sedangkan
sholat kan harus menutup pakaiannya”, lalu Abi menjawab” oh seperti itu”,
kemudian pak kiyai memberi amalan dzikir kepada Abi supaya membaca istigfar
setiap malam sebanyak 500 kali, Abi pun akhirnya pulang ke kamarnya dengan
merenungkan kata-kata pak kiyai, tentang sarungnya yang bolong, Abi berkata
dalam hati kecilnya,” sholat saya tidak sah! Gara gara sarung saya bolong”,
akhirnya Abi memutuskan untuk memakai celana yang terbuat dari kain halus
berwarna hitam, Abi mengira bahwa ketika dirinya memakai sarung maka sholatnya
tidak sah karena sarung itu bolong, ketika sarung itu di tutup rapat maka kedua
kakinya tidak bisa keluar, hari-hari Abi di Pondok Pesantren tidak memakai
sarung layaknya santri yang lain.
Kegiatan mengaji di Pondok Pesantren di mulai tepatnya waktu
setelah sholat isya yaitu kegiatan belajar mengulang atau di sebut dengan
Takror pelajaran ilmu Nahwu dan Shorof, Abi dengan memakai celana hitam dengan
percaya dirinya dan rasa bangga terhadap ilmunya pun duduk di paling depan Abi
di tanya oleh Ustadz yang membimbingnya,”nama kamu siapa ?”, Abi menjawab,”
nama saya Abi singkat dan punya ilmu yang banyak”, Ustadz pun bertanya kembali,”mengapa kamu
memakai celana tidak memakai sarung layaknya santri yang lain ?”, sarung saya
bolong, ketika sarungnya bolong! kan tidak sah untuk sholat”, Ustadz menjawab
alasan Abi,” iya kamu benar sekali, memang hukumnya seperti itu, kamu belajar
di mana sebelumnya?”, Abi pun menjawab,”saya belajar dari pak kiyai, ilmu saya!
Kan sudah sakti!”, Ustadz berkata,”sakti! Sombong sekali kamu!”, setelah
pelajaran selesai Abi pun kembali ke kamarnya, Abi ingat dengan pesan gurunya
supaya mengamalkan bacaan istigfar setiap malam 500 kali, Abi pun segera pergi
ke masjid untuk membaca istigfar sebanyak 500 kali, Abi tetap memakai celana
hitam karena dirinya menganggaap bahwa memakai sarung itu tidak sah untuk
sholat karena sarung itu bolong, suatu ketika Abi di tanya oleh teman satu
kamarnya,”kenapa kamu tidak memakai sarung?”, Abi pun menjawab,”sarungnya
bolong”, kemudian Abi berbalik menanyakan kepada temannya,”jika kamu memakai
sarung bolong kamu sholatnya tidak sah? Iya kan”,temannya pun menjawab,”iya
benar!”, Abi pun berkata,”nah! itu tau sendiri, saya itu orang yang sakti di
Pondok Pesantren ini”, Abi berkata dengan suara tegas dan menyombongkan
dirinya, hari-hari Abi di Pondok Pesantren di laluinya dengan memakai celana
hitam ketika Abi di tanya mengapa memakai celana, maka Abi menjawab bahwa
sarungnya bolong, dirinya menganggap bahwa teman-temannya sangat bodoh karena
ketika memakai sarung bolong maka sholatnya tidak sah, kegiatan pesantren terus
berjalan seiring dengan waktu, Abi sudah memakai celana selama 30 hari,
teman-temannya pun merasa heran kepada Abi, temannya pun bertanya,”Abi, mengapa
kamu terus memakai celana, tidak memakai sarung jika kamu tidak punya sarung? aku
masih ada sarung satu untuk kamu pakai,”kemudian Abi menjawab dengan suara
keras,”apa kamu bilang tadi ? aku punya sarung kok! Jika aku mau aku akan beli
semua sarung yang ada di toko!”,temannya pun bertambah heran kepada Abi, dan
berkata,”sombong kamu Abi, ya sudah jika kamu menolaknya”, lalu Abi pergi ke
kamarnya dan membuka lemari bajunya Abi memeriksa baju dan sarungnya, ternyata
sarungnya berjumlah 5 dan masih bagus seperti baru di beli dari toko, tapi Abi
masih mempunyai keyakinan bahwa memakai sarung yang bolong tidak tertutup
bagian bawahnya, maka sholatnya tidak sah, teman-teman satu kamarnya merasa
heran kepada Abi, mengapa Abi tidak memakai sarung, temannya pun berbisik di
dalam hati kecil,”ketika sarungnya Abi bolong, seharusnya Abi memperbaiki
ketempat jahit pakaian, supaya sarungnya dapat di perbaiki”, Abi sudah tinggal
di Pondok Pesantren beberapa hari tetapi Abi tidak ingin memakai sarung karena
Abi pernah mendengar pak kiyai berkata bahwa jika sarungnya bolong maka
sholatnya tidak sah, adzan sholat isya pun berkumandang segera Abi melangkahkan
kakinya untuk melaksanakan sholat isya, sebelum sampai ke masjid Abi bertemu dengan pak kiyai dan Abi
di tanya oleh pak kiyai,”mengapa kamu tidak memakai sarung?”, Abi pun
menjawab,”sarungnya bolong”, pak iyai pun menjawab dengan tersenyum,” oh
begitu! Ya sudah”, setelah itu Abi sholat isya dengan menempati barisan pertama
tepat di belakang pak kiyai yang menjadi imam sholat, Abi pun melihat ke arah
pak kiyai dan hati kecilnya penuh tanya,”mengapa pak kiyai memakai sarung,
sedangkan pak kiyai pernah berkata bahwa ketika sarungnya bolong maka sholatnya
tidak sah”, sholat yang di lakukan Abi di belakang pak kiyai membuat Abi tidak khusu hatinya penuh
gelisah akan sholat yang Abi lakukan, hati kecilnya terus
bertanya-tanya,”apakah sholat saya sah atau tidak”, sholat isya pun selesai di
lakukan, setelah itu Abi pergi ke kamarnya untuk mempersiakan kegiatan mengaji
takror kepada Ustadz, teman-teman Abi merasa heran ketika melihat Abi, setelah
beberapa hari Abi di tanya mengapa memakai celana, Abi terus saja menjawab
bahwa ketika memakai sarung bolong maka sholatnya tidak sah, pelajaran mengaji
Takror pun di mulai, di tengah pembahasan Abi di tanya yang ke sekian kalinya
oleh ustadz yang membimbingnya,”mengapa masih memakai celana tidak memakai
sarung?,” Abi pun menjawab,” ketika memakai sarung bolong maka sholatnya tidak
sah”, Ustadz pun menjawab,”kamu tidak memperbikinya?, atau kamu tidak punya
uang untuk memperbaikinya?,”, Abi pun menjawab dengan sombongnya,”jika perlu Ustadz,
saya akan beli semua sarung yang ada di toko,” kemudian Abi marah dengan gaya
sombongnya lalu Abi keluar dari kegiatan mengaji Takror, di hati Abi
berbisik,”aku memang orang sakti, semua santri yang ada di Pondok Pesantren ini
menjadi kagum atas diriku, memang bodoh mereka semua, sholat mereka tidak sah
karena memakai sarung bolong”, kemudian Abi memutuskan untuk membaca amalan
istigfar yang di perintahkan kiyainya, tepat di malam ke 40 dari amalan bacaan
istigfar yang di berikan kiyainya, Abi membaca amalan istigfar sebanyak 500
kali, tidak terasa Abi tertidur dan bermimpi berjumpa dengan seseorang yang
berpakaian putih dan berkata,”dosa-dosa kamu sangat besar karena kamu mempunyai
sikap sombong, kamu adalah orang yang paling bodoh di antara santri yang ada di
Pondok Pesantren ini”, kemudian Abi di berikan satu tumpukan buku yang berisi
ilmu-ilmu agama islam, lalu Abi bangun dari tidurnya dan berkata di hati
kecilnya,”aku bertemu seseorang yang berpakaian putih dan berkata dosa-dosa ku
sangat besar, padahal aku selalu sholat dengan sah, mungkin itu hanya bunga
tidur saja tidak perlu aku fikirkan, tidur lagi saja”, matahari pun seakan menampakan
cahaya terangnya menunjukan waktu pagi, Abi masih teringat dengan mimpi yang
dia alami, di hatinya berbisik,”yang berjumpa di dalam mimpimu adalah orang
yang akan memberikan ilmu sakti kepadamu”, Abi dengan sikap sombongnya
menceritakan perihal mimpi yang di alaminya kepadaa teman-teman santrinya, dan
berkata,”hai teman!, berkat aku memakai
celana di dalam sholat aku bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian
putih lalu orang itu memberikan satu tumpukan buku-buku yang berisi ilmu-ilmu
agama, aku ini kan orang sakti”, kemudian temannya berkata”, apa benar Abi kamu
bermimpi seperti itu, kalau begitu kamu orang yang sakti”,temannya tersenyum
penuh heran, lalu Abi pergi dari kamarnya untuk menceritakan kepada teman
santrinya yang lain, di saat Abi pergi teman-teman santri satu kamar Abi,
melihat ada sarung yang tertata rapih di atas lemari, temannya pun heran dan
berkata,”ini sarung Abi! kelihatannya tidak ada yang bolong masih bagus,
mengapa Abi berkata kalau sarungnya bolong?,”teman satu kamarnya bertambah
heran, pada malam harinya Abi mengikuti kegiatan mengaji Takror seperti biasa,
dan Abi menjadi sorotan perhatian teman-temannya, buka menjadi sorotan karena
Abi pintar atau baik, tapi semua teman-temannya merasa aneh dengan sikap Abi
yang tidak memakai sarung, lalu Abi bertanya kepada teman-temannya,”mengapa
kalian semua melihat aku, kalian kagum ya! Dengan diriku!”, setelah mengaji
Takror Abi pun melakukan amalan seperti biasa yang di berikan pak kiyai kepada
Abi supaya membaca istigfar setiap malam sebanyak 500 kali, tidak seperti biasa
Abi selalu menyelesaikan amalannya, pada malam yang ke 41 di hitung dari abi di
perintah mengamalkan membaca istigfar 500 kali, pada malam ke 41 Abi merasakan
hati yang gelisah akhirnya Abi tertidur sebelum sampai pada bacaan istigfar
yang ke 500 kali, kemudian seperti pada malam yang lalu, Abi bermimpi bertemu
dengan orang yang berpakaian putih, dan berkata,”kamu menjadi orang yang
sombong, bangga dengan ilmumu yang pada kenyataannya kamu adalah orang yang bodoh”,
lalu orang yang berbaju putih yang ada di dalam mimpinya Abi, memukul Abi
dengan palu yang sangat besar melebihi ukuran besar tubuh Abi, setelah di pukul,
Abi pun berkata,”ampun!...ampun!...salah saya apa? Lalu orang yang berbaju
putih menjawab,”kamu orang yang sombong, bangga dengan ilmumu padahal kamu
orang yang bodoh!,”Abi pun menjawab dengan suara tertatih,”saya orang yang
bodoh! Lalu bagaimana agar saya menjadi orang yang pintar dan tidak sombong”,
kemudian orang yang berbaju putih berkata,”kamu saya berikan satu tumupukan
buku”, lalu Abi menjawab,”buku ini untuk apa”, orang yang berbaju putih pun
berkata”, buku-buku ini akan menjadikan kamu orang yang pintar”, lalu Abi
menjawab,”baiklah”, ayam-ayam jago bersuara menandakan waktu terbit fajar, Abi
pun bangun dari tidurnya dan terus merasa gelisah terhadap mimpi yang dia
alami, hari-hari di Pondok Pesantren Abi lakukan dengan rasa gelisah, pada
akhirnya Abi memutuskan untuk bertanya kepada pak kiyai tentang dirinya yang
bermimpi bertemu orang yang berpakaian putih langkahnya penuh ragu, pintu rumah
pak kiyai pun tidak kunjung di buka salam Abi pun tidak di jawab oleh pak
kiyai, alangkah malangnya Abi tersengat lebah yang datang hinggap di bahu
sebelah kirinya, Abi pun merasakan sakit yang belum pernah dia lakukan,
akhirnya Abi tidak kuat menahan rasa sakit yang dia alami akibat tersengat
lebah, Abi pun berteriak dengan suara keras, dan memarahi lebah yang
menyengatnya,”kurang ajar kamu lebah, menggigitku memangnya aku makananmu, awas
kamu jika tertangkap aku potong-potong tubuhmu”, ketika Abi berteriak memaki
lebah yang menyengatnya pak kiyai pun keluar membuka pintu dan memarahi
Abi,”sedang apa kamu di sini! Kamu mengganggu saya dengan suaramu yang keras,
jika ingin berteriak! kamu pergi saja ke lapangan”, lalu Abi pergi dengan rasa
kecewa akibat di perintah pergi oleh pak kiyai, ke esokan harinya Abi mencoba
untuk datang kembali menemui pak kiyai untuk menanyakan perihal mimpinya, Abi
menucapkan salam di depan rumah pak kiyai,”Asalamualaikum pak kiyai”, Pak kiyai
pun tidak kunjung keluar, lalu Abi menunggu dengan penuh kesabaran sampai Abi
tertidur di depan pintu rumah pak kiyai, setelah beberapa saat Abi tertidur pak
kiyai pun membuka pintu, dan baru menjawab salam Abi,”Walaikumsalam”, sampai
beberapa kali jawaban pak kiyai di ulang, Abi belum terbangun dari tidurnya,
lalu pak kiyai membangunkannya dan berkata,”ada perlu apa kamu datang ke
rumah”, kemudian Abi menjawab,”saya ingin bertanya perihal mimpi saya bertemu
dengan orang berbaju putih dan berkata bahwa saya orang yang bodoh dan sombong”,
lalu pak kiyai mempersilahkan Abi untuk masuk ke rumahnya dan berbicara di
ruang tamu pak kiyai pun balik bertanya kepada Abi seolah pak kiyai sudah
mengethui permasalahan yang sedang Abi hadapi, pak kiyai pun bertanya,”mengapa
kamu memakai celana tidak memakai sarung”, lalu Abi menjawab,”pak kiyai kan
pernah berkata kepada saya jka sarung kamu bolong maka sholat kamu tidak sah,
sarung di bagian bawah saya bolong pak kiyai, maka dari itu saya memakai celana
jika sarung saya tertutup maka kaki saya susah untuk berjalan”,Pak kiyai pun
tertawa dan berkata”, maksud saya itu ketika kamu memakai sarung yang bolong di
bagian tubuh auratmu maka sholat kamu tidak sah karena menutup aurat adalah
salah satu syarat sah di dalam ilmu sholat dan kamu harus mengetahui tata cara
ibadah sholat mulai dari syarat, rukun, dan batalnya sholat, itu ilmu yang
harus kamu dahulukan di bandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain”, lalu Abi merasa
bahwa dirinya salah dan bodoh dan anggapannya selama ini berujung buntu, bahwa
ilmu yang harus di dahulukan adalah ilmu sholat dan Abi tidak menanyakan
perihal mimpinya karena Abi sudah mengerti bahwa dirinya itu bodoh dan selalu
ingin membanggakan dirinya, lalu di dalam hati Abi berbisik perihal mimpi Abi
yang di berikan satu tumpukan buku oleh orang yang berbaju putih di dalam
mimpinya,”mungkin ini maksud dari orang yang berbaju putih yang menemuiku di
dalam mimpi yang memberikan satu tumpukan buku supaya aku dapat belajar
ilmu-ilmu agama yang harus aku utamakan terlebih dahulu, ketika diriku belum
mengetahui ilmu sholat maka sholatku masih belum sempurna, saya harus belajar
ilmu sholat dan ilmu-ilmu agama dengan sungguh-sungguh”,kemudian Abi meminta
izin kepada pak kiyai untuk kembali menjalankan kegiatan santri, setelah sampai
di kamarnya Abi mengganti celana hitamnya dengan sarung dan merasa malu di
hadapan teman-teman santrinya, kemudian Abi meminta maaf atas segala kesalahan
dan sifat sombongnya dan berkata,”teman-teman!, saya meminta maaf atas segala
kesalahan saya, diri saya bodoh dan belum sakti!..”, temannya pun tertawa dan
berkata”, iya Abi, saya maafkan atas segala kesalahanmu, memang terkadang
seseorang mempunyai sikap seperti itu ingin membanggakan dirinya terhadap ilmu
yang ia miliki, pada kenyataannya ilmu yang ia miliki tidak sedalam
pengetahuannya tentang agama, contoh saja jaman sekarang orang-orang atau pun
ustadz jadi-jadian saling mengkafirkan, memusrikan bahkan sering sekali membuat
pernyataan bid’ah tentang urusan agama”, Abi pun mengajak berjabat tangan dan
meminta maaf atas segala sikap buruknya terhadap teman-temannya, setelah itu
Abi selalu memakai sarung untuk beribadah dan mencari ilmu di Pondok
Pesantrennya dan setelah beberapa tahun lamanya Abi tinggal di Pondok Pesantren
Abi menjadi seorang santri yang alim bahkan dirinya di beri kepercayaan untuk
menjadi ketua santri di Pondok Pesantrennya.
TAMAT
Penulis
Oleh: Bad’ul
Hilmi Arromdoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar