Adanya
kehidupan dan aturan dalam konteks menjalankan perintahnya (Allah SWT),
menuntut manusia untuk mencari ilmu, dalam hal ini adalah ilmu agama Islam. Terkadang
kita bertanya-tanya dalam hati, untuk apa?, tujuannya apa? Dan lain sebagainya.
Kita awali pembahasan dalam artikel ini dengan makna hakekat secara umum
dapat bermakna intisari, dasar, isi atau kenyataan yang sebenarnya, berarti
Hakekat mencari ilmu adalah mengetahui, memahami dan sadar akan pentingnya ilmu
agama Islam. Terkadang kita masih bertanya kemudian, misalkan: saya tidak
berminat menjadi pemuka agama, saya hobinya main bola tidak suka ngaji atau
belajar ilmu agama Islam, saya jawab: ini bukan persoalan minat dan tidaknya
seorang pelajar atau santri, akan tetapi ini adalah persoalan kewajiban,
mencari ilmu agama bukan topik terkait hobi dan ketidak sukaan, akan tetapi ini
adalah topik tentang bagaimana seorang santri/pelajar dapat menjaga,
mengamalkan, menjalankan perintah Allah SWT dengan baik, sudah barang tentu ini
bukan hanya kepentingan duniawi akan tetapi mencari ilmu adalah modal dan bekal
abadi untuk manusia setelah mati. Kewajiban mencari ilmu berdasar pada Hadist
Rosulullah SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب
العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: “Rosulullah SAW bersabda: Mencari ilmu wajib
hukumnya bagi Muslim laki-laki dan Muslim perempuan”.
Syekh az-Zarnuzi dalam kitab Ta’limul Muta’alim Hal.
4, menyampaikan nasihatnya:
(تعليم
المتعلم، ص:4) فصل فى ماهية العلم، والفقه، وفضله) وأفضل العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ
الحال
Artinya: “Ilmu yang paling utama adalah ilmu Hal
(Prilaku), dan Amal (perbuatan) yang paling mulia adalah menjaga
al-Hal(Perilaku).
Dari pemahaman kitab Ta’limul Muta’alim diatas, kita
sudah dapat mengetahui tujuan mencari ilmu, yang di kehendaki dalam pembahasan
ini adalah mencari ilmu Agama Islam. Ilmu agama Islam, ilmu apa?. Logikanya,
jika seseorang dikenai beban/tuntutan/kewajiban/keharusan (taklif) untuk
mengerjakan sesuatu, misal membuat meja atau barang lainya, sedangkan dirinya
tidak mengetahui caranya membuat barang itu, wal hasil?, apakah dapat
berhasil?.,Logikanya tidak akan berhasil, Lalu bagaimana dengan tuntutan yang
sudah di berikan oleh sang pencipta (Allah SWT) misal, Sholat yang tidak bisa
di tawar dengan halangan apapun meskipun keadaan dzohiriyahnya mengalami udzur dengan
catatan selagi masih berstatus islam dan berakal maka wajib hukum
melaksanakannya, Zakat (jika mampu), Puasa (jika tidak ada udzur syar’i), Haji
(jika mampu), dan mu’amalah (misal jual beli) setiap hari-kan!, membeli barang
atau keperluan?, ataupun amaliyah perbuatan yang berhubungan dengan Akhlakul
Karimah misal: Sabar, Tawakal, Istiqomah, ‘Ifah(menjaga diri dari perkara
haram) Husnudzon, Ikhlas dan lain sebaginya, atau mengetahui sifat dan sikap
yang di haramkan oleh agama Islam misal: Hasud, dengki, sombong, Bakhil, dan
lain sebagainya. Sekian banyak contoh diatas masih terhitung kecil dan sedikit,
masih banyak lainnya terkait hal-hal yang perlu di ketahui, supaya menjadi
penjaga, memahami sikap dan tingkah laku, jika mencari ilmu agama Islam hanya
dititik beratkan pada minat atau hobi, maka itu merupakan pemahaman yang
keliru. Argumentasi ini berdasar dari nasihat Syekh az-Zarnuzi dalam Kitab Ta’limul
Muta’alim hal. 5:
(تعليم
المتعلم، ص:5)
ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه. وكذا فى البيوع إن كان يتجر,.
ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه. وكذا فى البيوع إن كان يتجر,.
Artinya: “Setiap
orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang menjadi
keperluannya saat itu, kapan saja. Oleh karena setiap orang Islam harus
mengetahui sesuatu yang datang (rukun dan syarat-syarat sahnya sholat) supaya
dapat melaksanakan kewajiban sholat dengan sempurna. Setiap orang Islam wajib
mempelajari atau mengetahui sesuatu amalan yang akan dikerjakannya untuk
memenuhi kewajiban tersebut, karena sesuatu yang menjadi perantara (wasilah)
untuk dapat melaksanakan kewajiban maka mempelajari/mengetahui/menuntut ilmu
tersebut hukumnya wajib, maka mempelajari ilmu agama hukumnya wajib, misal ilmu
tentang puasa, zakat bila mempunyai harta, haji jika sudah mampu, dan ilmu
tentang jual beli jika akan berdagang”.
“Suatu ketika Syekh
Muhammad Bin al-Hasan, di tanya: Mengapa engkau tidak mengarang/menulis kitab
tentang Zuhud?, beliau menjawab: Aku telah mengarang/menulis kitab
tentang jual beli. Maksudnya yakni: yang dinamakan Zuhud ialah menjaga
diri dari hal-hal yang subhat (Tidak jelas statusnya halal atau haram) dan
hal-hal yang dimakruhkan dalam berdagang. Setiap orang yang berkecimpung di dunia perdagangan, wajib mengetahui cara
berdagang dalam islam supaya dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan.
Setiap orang juga harus mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau
hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu
terjadi pada segala keadaan”
Refrensi:
(تعليم
المتعلم، ص:5)
قيل لمحمد بن الحسن، رحمة الله عليه: لما
لاتصنف كتابا فى الزهد؟ قال: قد صنفت كتابا فى البيوع، يعنى: الزاهد من يحترز عن
الشبهات والمكروهات فى التجارات وكذلك
فى سائر المعاملات والحرف، وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز عن
الحرام فيه. وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل والإنابة والخشية والرضى،
فإنه واقع فى جميع الأحوال.
Kisah dan
penjelasan diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa, untuk menjaga diri
dari hal-hal yang di haramkan/dilarang oleh agama Islam itu membutuhkan ilmu,
berarti untuk bisa menjadikan manusia Zuhud, seseorang wajib mengetahui
hukum-hukum yang berkaitan dengan amaliyah/perbuatan yang dilakukan, itulah
tujuan mencari ilmu Agama Islam.
Bahkan, Syekh az-Zarnuzi memberikan
nasihatnya dalam kitab Ta’limul Muta’alim tentang derajat, keutamaan dan
kedudukan ilmu, :
(تعليم
المتعلم، ص:5)
وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية
لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة
والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على
الملائكة، وأمرهم بالسجود له
Artinya: “Tidak
seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu
khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan
bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu Allah SWT mengangkat derajat Nabi Adam as,
di atas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah SWT agar
sujud kepada Nabi Adam as”.
Sebagaimana
hakekat tujuan manusia hidup di dunia adalah Taqwa yaitu menjalankan
perintahnya (Allah SWT) dan menjauhi segala larangannya (Allah SWT), dengan
cara mengetahui dan belajar agama Islam, terkhusus bagi para pelajar dan santri.
Nasihat ini disampaikan oleh Syekh az-Zarnuzi :
(تعليم
المتعلم، ص:6)
وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى،
الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية
Artinya: “Ilmu
itu sangat penting karena itu sebagai wasilah (sarana) untuk bertaqwa.
Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan
keuntungan yang abadi”.
Semoga tulisan ini bermanfaat, siap menata ulang
dalam hal mencari ilmu Agama Islam, melangkah-meletakan niat dan mendapat
keberkahan hidup melalui kemanfaatan dan buahnya Ilmu, Amin.
Wallohu ‘Alam
(Penulis: Bad’ul Hilmi AR/Ketua Lajnah Bahtsul Masail PP.Miftahul Huda
Al-Azhar Kota Banjar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar