31 Desember 2019

Hakekat Mencari Ilmu dan Tujuannya Bagi Santri


Adanya kehidupan dan aturan dalam konteks menjalankan perintahnya (Allah SWT), menuntut manusia untuk mencari ilmu, dalam hal ini adalah ilmu agama Islam. Terkadang kita bertanya-tanya dalam hati, untuk apa?, tujuannya apa? Dan lain sebagainya. Kita awali pembahasan dalam artikel ini dengan makna hakekat secara umum dapat bermakna intisari, dasar, isi atau kenyataan yang sebenarnya, berarti Hakekat mencari ilmu adalah mengetahui, memahami dan sadar akan pentingnya ilmu agama Islam. Terkadang kita masih bertanya kemudian, misalkan: saya tidak berminat menjadi pemuka agama, saya hobinya main bola tidak suka ngaji atau belajar ilmu agama Islam, saya jawab: ini bukan persoalan minat dan tidaknya seorang pelajar atau santri, akan tetapi ini adalah persoalan kewajiban, mencari ilmu agama bukan topik terkait hobi dan ketidak sukaan, akan tetapi ini adalah topik tentang bagaimana seorang santri/pelajar dapat menjaga, mengamalkan, menjalankan perintah Allah SWT dengan baik, sudah barang tentu ini bukan hanya kepentingan duniawi akan tetapi mencari ilmu adalah modal dan bekal abadi untuk manusia setelah mati. Kewajiban mencari ilmu berdasar pada Hadist Rosulullah SAW:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya: “Rosulullah SAW bersabda: Mencari ilmu wajib hukumnya bagi Muslim laki-laki dan Muslim perempuan”.

Syekh az-Zarnuzi dalam kitab Ta’limul Muta’alim Hal. 4, menyampaikan nasihatnya:
(تعليم المتعلم، ص:4) فصل فى ماهية العلم، والفقه، وفضله) وأفضل العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ الحال
Artinya: “Ilmu yang paling utama adalah ilmu Hal (Prilaku), dan Amal (perbuatan) yang paling mulia adalah menjaga al-Hal(Perilaku).

Dari pemahaman kitab Ta’limul Muta’alim diatas, kita sudah dapat mengetahui tujuan mencari ilmu, yang di kehendaki dalam pembahasan ini adalah mencari ilmu Agama Islam. Ilmu agama Islam, ilmu apa?. Logikanya, jika seseorang dikenai beban/tuntutan/kewajiban/keharusan (taklif) untuk mengerjakan sesuatu, misal membuat meja atau barang lainya, sedangkan dirinya tidak mengetahui caranya membuat barang itu, wal hasil?, apakah dapat berhasil?.,Logikanya tidak akan berhasil, Lalu bagaimana dengan tuntutan yang sudah di berikan oleh sang pencipta (Allah SWT) misal, Sholat yang tidak bisa di tawar dengan halangan apapun meskipun keadaan dzohiriyahnya mengalami udzur dengan catatan selagi masih berstatus islam dan berakal maka wajib hukum melaksanakannya, Zakat (jika mampu), Puasa (jika tidak ada udzur syar’i), Haji (jika mampu), dan mu’amalah (misal jual beli) setiap hari-kan!, membeli barang atau keperluan?, ataupun amaliyah perbuatan yang berhubungan dengan Akhlakul Karimah misal: Sabar, Tawakal, Istiqomah, ‘Ifah(menjaga diri dari perkara haram) Husnudzon, Ikhlas dan lain sebaginya, atau mengetahui sifat dan sikap yang di haramkan oleh agama Islam misal: Hasud, dengki, sombong, Bakhil, dan lain sebagainya. Sekian banyak contoh diatas masih terhitung kecil dan sedikit, masih banyak lainnya terkait hal-hal yang perlu di ketahui, supaya menjadi penjaga, memahami sikap dan tingkah laku, jika mencari ilmu agama Islam hanya dititik beratkan pada minat atau hobi, maka itu merupakan pemahaman yang keliru. Argumentasi ini berdasar dari nasihat Syekh az-Zarnuzi dalam Kitab Ta’limul Muta’alim hal. 5:
(تعليم المتعلم، ص:5)
ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه. وكذا فى البيوع إن كان يتجر
,.
Artinya: “Setiap orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang menjadi keperluannya saat itu, kapan saja. Oleh karena setiap orang Islam harus mengetahui sesuatu yang datang (rukun dan syarat-syarat sahnya sholat) supaya dapat melaksanakan kewajiban sholat dengan sempurna. Setiap orang Islam wajib mempelajari atau mengetahui sesuatu amalan yang akan dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut, karena sesuatu yang menjadi perantara (wasilah) untuk dapat melaksanakan kewajiban maka mempelajari/mengetahui/menuntut ilmu tersebut hukumnya wajib, maka mempelajari ilmu agama hukumnya wajib, misal ilmu tentang puasa, zakat bila mempunyai harta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang jual beli jika akan berdagang”.

“Suatu ketika Syekh Muhammad Bin al-Hasan, di tanya: Mengapa engkau tidak mengarang/menulis kitab tentang Zuhud?, beliau menjawab: Aku telah mengarang/menulis kitab tentang jual beli. Maksudnya yakni: yang dinamakan Zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang subhat (Tidak jelas statusnya halal atau haram) dan hal-hal yang dimakruhkan dalam berdagang. Setiap orang yang berkecimpung di dunia perdagangan, wajib mengetahui cara berdagang dalam islam supaya dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Setiap orang juga harus mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala keadaan”

Refrensi:
(تعليم المتعلم، ص:5)
قيل لمحمد بن الحسن، رحمة الله عليه: لما لاتصنف كتابا فى الزهد؟ قال: قد صنفت كتابا فى البيوع، يعنى: الزاهد من يحترز عن الشبهات والمكروهات فى التجارات وكذلك فى سائر المعاملات والحرف، وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز عن الحرام فيه. وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل والإنابة والخشية والرضى، فإنه واقع فى جميع الأحوال.
Kisah dan penjelasan diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa, untuk menjaga diri dari hal-hal yang di haramkan/dilarang oleh agama Islam itu membutuhkan ilmu, berarti untuk bisa menjadikan manusia Zuhud, seseorang wajib mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan amaliyah/perbuatan yang dilakukan, itulah tujuan mencari ilmu Agama Islam.

Bahkan, Syekh az-Zarnuzi memberikan nasihatnya dalam kitab Ta’limul Muta’alim tentang derajat, keutamaan dan kedudukan ilmu, :
(تعليم المتعلم، ص:5)
وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له
Artinya: “Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu Allah SWT mengangkat derajat Nabi Adam as, di atas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah SWT agar sujud kepada Nabi Adam as”.
Sebagaimana hakekat tujuan manusia hidup di dunia adalah Taqwa yaitu menjalankan perintahnya (Allah SWT) dan menjauhi segala larangannya (Allah SWT), dengan cara mengetahui dan belajar agama Islam, terkhusus bagi para pelajar dan santri. Nasihat ini disampaikan oleh Syekh az-Zarnuzi :
(تعليم المتعلم، ص:6)
وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية
Artinya: “Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai wasilah (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi”.
Semoga tulisan ini bermanfaat, siap menata ulang dalam hal mencari ilmu Agama Islam, melangkah-meletakan niat dan mendapat keberkahan hidup melalui kemanfaatan dan buahnya Ilmu, Amin.
Wallohu ‘Alam

(Penulis: Bad’ul Hilmi AR/Ketua Lajnah Bahtsul Masail PP.Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar